Selasa, 13 Desember 2011

TAPAK LEMBAYUNG KEJORA

kufajar itu

dikala sang surya

belum bangun dari tidur nya

jiwa jiwa kemanusiaan

mulai menampakan diri

beradu dengan kantuk yang menghantui

tubuh itu mengigil

raga itu bagun dengan semangat baru

ketika panji itu

tak lagi di tangan

sontak hati ini miris

semangat untuk menerjang

halangan itu pun mengebugebu

untuk mendapatkan panji itu kembali

kami bulatkan tekad

kami terjang halangan itu

untuk satu tujuan kami

menjadi bgian dari mereka

untuk merebut panji itu kembali

panji pun berkibar kembali

dengan lagu PMI yang kami nyanyikan

isak tangis pun merasuk

ke dalam jiwa jiwa kemanusiaan

kutatap awan yang menggantungkan air nya

kulihat kejora yang selalu

menemani kami

yang selalu memberikan kami

harapan harapan yang besar...


contoh data kualitatif

Analisis Problematika Proses Belajar Mengajar pada Mata Pelajaran Agama Islam di SMP Negeri 1 Bisappu Kabupaten Bantaeng.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai salah satu aspek dari program pemerintah yang perlu mendapat perhatian yang serius dalam pengembangan dewasa ini. Dan perlu juga disadari bahwa bangsa yang berada dalam tahap pembangunan dan perkembangan, pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang paling vital. Oleh karena itu melalui proses pendidikan di sekolah, menunjukkan bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung kepada proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah berkat guru dan siswa. contoh proposal skripsi pendidikan

Untuk pencapaian tujuan, pendidikan yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pemerintah berupaya meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh. Upaya tersebut berupa pembangunan, pembuatan sarana dan prasarana, bahkan semua komponen yang dibutuhkan bagi terlaksananya pendidikan.

Salah unsur yang memiliki hubungan yang sangat dekat dengan peserta didik dalam pelaksanan pendidikan adalah guru. Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan demi untuk peningkatan mutu pendidikan, khususnya peningkatan kualitas guru yang harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, karena dengan peningkatan kualitas guru akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan.

Penegasan di atas mengisyaratkan betapa pentingnya keberadaan seorang guru yang harus mengelola proses belajar mengajar secara profesional di sekolah. Sehingga peningkatan kemampuan mereka harus ditingkatkan secara berkesinambungan. Namun tidak berarti bahwa keberadaan unsur-unsur lainnya tidak begitu penting bagi peningkatan mutu pendidikan di sekolah, selain guru dan murid. Contoh Proposal Skripsi Pendidikan.

Dalam proses belajar mengajar ada dua unsur yang sangat penting dimiliki oleh seorang guru yaitu metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek itu saling berkaitan pemilihan salah satu metode pengajar tentu akan mempengaruhi jenis media yang sesuai.[1] Pemakaian media pengajaran dalam proses mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan belajar.

Salah satu kelemahan atau kesulitan dalam pembelajaran adalah minimnya sarana dan prasarana pendidikan, karena alat pendidikan dapat digunakan dalam memperlancar proses belajar mengajar baik yang bersifat konkrit maupun abstrak untuk mencapai hasil yang optimal.[2]

Hal-hal tersbebut di atas, merupakan kendala-kendala yang dirasakan oleh guru pada umumnya dan juga berbagai macam problematika yang dihadapinya, tapi yang paling mendasar adalah kurangnya fasilitas atau media untuk menyampaikan mata pelajaran terutama pada mata pelajaran agama Islam.

Media pendidikan yang digunakan dalam proses belajar mengajar dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai.[3] Oleh karena itu tugas dan tanggungjawab seorang guru adalah mengelola pengajaran agar lebih efektif, dinamis, efisien dan positif. Hal tersebut dapat terlaksana pabila kesadaran dan keterlibatan antara guru dan siswa berinteraksi secara proposional. Karena gurulah secara langsung mengadakan interaksi dengan siswa dalam rangka mempengaruhi untuk membina, melatih, dan membimbing serta mengembangkan kemampuan agar dapat mencapai hasil yang optimal atau dengan kata lain siswa tersebut mencapai prestasi yang lebih baik. contoh proposal skripsi pendidikan

Akan tetapi, disadari bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam suatu lembaga pendidikan formal tidak terlepas dari faktor eksternal seperti faktor keluarga, faktor sekolah dan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

  1. Bagaimana problematika proses belajar mengajar pada pelajaran Agama Islam di SMP Negeri 1 Bisappu ?
  2. Bagaimana mengatasi problematika dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Agama Islam di SMP Negeri 1 Bisappu ?

C. Hipotesis

Berdasarkan pokok masalah di atas maka penulis memberikan alternatif jawaban sementara yaitu :

  1. Proses belajar mengajar pada mata pelajaran agama Islam belum berjalan dengan baik.
  2. Salah satu hal dalam mengatasi problematika dalam proses belajar mengajar terutama dalam mata pada mata pelajaran Agama Islam adalah pengadaan sarana dan prasarana yang memadai seperti buku-buku paket agama Islam dan alat-alat peraga.

D. Pengertian Judul

Draft ini berjudul “Analisis problematika proses belajar mengajar pada mata pelajaran agama Islam di SLTP Negeri 1 Bisappu”. Untuk lebih memahami lebih mendalam judul draft ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang menjadi unsur utama sehingga tidak menjadi penafsiran yang keliru dari pembaca. Ada beberapa kata yang penulis kemukakan dalam judul diartikan beberapa kata yang menjadi variabel utama yaitu :

1. Analisis

Secara etimologis kata ini mempunyai arti tersendiri yaitu : Kata analisis berarti penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.3

2. Problematika belajar mengajar

Penulis maksudkan dalam hal ini sesuatu yang menimbulkan masalah dalam hubungan guru dan murid setelah terjadi tatap muka dalam proses belajar mengajar.

Dengan adanya pengertian beberapa kata di atas, maka pengertian keseluruhan judul skripsi ini adalah “suatu upaya untuk menganalisis problematika proses belajar mengajar pada mata pelajaran agama Islam di SLTP Negeri 1 Bisappu.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian proses belajar mengajar dan problematikanya.

a. Pengertian Proses belajar mengajar

Proses belajar mengajar selalu melibatkan guru sebagai tenaga pengajar dan siswa sebagai obyek pengajar. Oleh karena itu, untuk memahami arti proses belajar mengajar, maka diperlukan pemahaman dasar tentang pengertian belajar mengajar itu sendiri.

1. Arti belajar

Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami hal belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.5

2. Arti mengajar

Mengajar diartikan sebagai upaya menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa, maka nampak bahwa aktivitas mengajar lebih dominan oleh guru sebagai pelaku pengajar. Sedangkan siswa hanya bertindak sabagai obyek pelajar . Jadi guru dengan segala aktivitasnya berupaya memberikan pengajaran kepada para siswa. Sedangkan siswa cenderung bersifat pasif.6

Kemudian dalam makna yang lebih luas, mengajar dapat diartikan dengan segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai tujuan yang telah di tetapkan.

Hilgard mengatakan bahwa :

“Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelalaian atau di sebabkan obat-obatan.7

Drs. Slameto mengatakan bahwa :

“Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan berinteraksi dengan lingkungannya.8

H. Roth mengatakan bahwa :

“Belajar (dari segi ilmu mendidik) berarti perbaikan, perbaikan tingkah laku (memperoleh tingkah laku baru) dan kecakapan. Dengan belajar terdapat perubahan-perubahan (perbaikan) fungsi kejiwaan. Hal mana menjadi syarat bagi perbaikan tingkah laku dan berarti pula menghilangkan tingkah laku dan kecakapan yang mempersempit belajar.9

Ketiga pengertian di atas menunjukkan suatu pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya. Jadi belajar dalam makna ini yaitu perubahan tingkah laku peserta didik ke arah yang lebih baik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah suatu upaya dilakukan oleh guru untuk memberikan dorongan kepada siswa agar terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa. Proses ini merupakan suatu perwujudan dari reaksi antar siswa dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud lebih dititik beratkan pada lingkungan sekolah. contoh proposal skripsi pendidikan

Rumusan lain dapat pula di kemukakan disini bahwa belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pengajaran, belajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh siswa sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang di lakukan oleh guru sebagai pemimpin belajar. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam suatu kegiatan manakala terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa pada saat pelajaran berlangsung.

b. Problematikan belajar mengajar

Bertitik tolak dari arti problematika yaitu hal yang menimbulkan masalah, maka dalam kaitannya dengan belajar mengajar yang dikemukakan sebelumnya dapat diambil suatu rumusan pengertian bahwa yang dimaksud dengan problematika belajar mengajar adalah sesuatu yang menjadi sebab timbulnya masalah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah, baik yang berlangsung dalam tatap muka maupun melalui media cetak.

Dalam hubungan ini mengajar diartikan sebagai kegiatan mengorganisasi proses belajar. Dengan demikian problematika yang dihadapi oleh pengajar dan dipandang baik untuk menghasilkan produk yang baik, adalah bagaimana mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai pengetahuan yang luas. Dalam hal ini guru sebagai pengajar harus berperan sebagai perantara yang lebih baik.

2. Macam-macam problematikan belajar mengajar

Akrivitas belajar mengajar bagi setiap individu, tidak selamanya berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa yang dipelajari dan kadang-kadang terasa amat sulit. Atas dasar itulah maka dapat dipahami bahwa dalam aktivitas belajar mengajar itu terdapat berbagai masalah atau problematika, misalnya: dalam hal semangat yang terkadang tinggi tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi, itulah kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap siswa dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar mengajar. Setiap siswa memang tidak ada sama perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar mengajar dikalangan siswa, hal tersebut yang menjadi kesulitan belajar mengajar adalah dalam keadaan siswa dimana tidak dapat belajar sebagaimana mestinya yaitu sesuai dengan cara belajar yang efektif dan efisien.

F. Metodologi Penelitian

1. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Sebelum penulis mengemukakan populasi, maka terlebih dahulu penulis menjelaskan pengertian populasi untuk memudahkan obyek penelitian. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang menjadi perhatian peneliti.12

Nana Sudjana dan Dr. Ibrahim MA, mengatakan :

Populasi, maknanya berkaitan dengan elemen yakni unit tempat diperolehnya informasi, elemen tersebut bisa berupa keluarga, individu, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi dan lain-lain yakni sekumpulan dari sejumlah elemen.13

Berdasarkan dari pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa populasi adalah keseluruhan objek yang menjadi saran peneliti. Dengan demikian populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Bisappu Kabupaten Bantaeng yang berjumlah 146 siswa yang terbagi ke dalam enam kelas dengan perincian siswa kelas 1 terdiri dari tiga kelas yakni kelas 1A berjumlah 25 orang, kelas 1B berjumlah 25 orang dan kelas 1C berjumlah 24 orang. Sementara kelas 2 terdiri dari tiga kelas dan kelas 2A berjumlah 25 orang, kelas 2B berjumlah 24 orang dan kelas 1C berjumlah 22 orang dan guru mata pelajaran agama Islam sebanyak 2orang. contoh proposal skripsi pendidikan

Adapun siswa kelas tiga tidak diteliti karena siswa tersebut telah mengikuti UIN atau telah tamat, sehingga peneliti hanya memilih kelas satu dan kelas dua. Hal ini karena pengambilan data peneliti dilakukan pada akhir tahun ajaran lama untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel beriku ini .

Tabel

Keadaan Pupulasi Siswa SMP Negeri 1 Bisappu Bantaeng

No

Kelas

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

1

2

3

4

5

6

1A

1B

1C

2A

2B

3C

14

11

16

8

8

12

11

14

9

17

16

16

25

25

25

25

24

22

Jumlah

69

77

146

Sumber data : Kantor Tata Usaha SMP Negeri 1 Bisappu kab. Bantaeng

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa laki-laki kelas satu dan kelas dua sebanyak 69 siswa dan siswa perempuan kelas satu dan dua sebanyak 77 siswi. Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Bisappu yang terdiri dari kelas satu dan dua yang terdiri dari 146 orang dan 2 guru mata pelajaran pendidikan agama Islam

b. Sampel

Sampel adalah sebagian objek atau wakil populasi yang diteliti. Menurut Sutrisno Hadi sampel adalah perwakilan atau wakil yang lebih kecil dan keseluruhan. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Menggenaralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.14

Dengan demikian sampel yang diambil dari keseluruhan populasi yaitu siswa sebanyak 30 orang dan 2 orang guru mata pelajaran pendidikan agama Islam mengingat adanya strata dalam objek penelitian ini yakni kelas satu dan kelas dua maka teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan quata sampling. Teknik sampel ini diberi nama demikian karena dalam pemilihan sampelnya peneliti mencampur subyek-subyek di dalam populasi sehingga semua obyek dianggap sama dalam hal ini peneliti mengambil sampel dari setiap kelas sebanyak 20% dari jumlah siswa tiap kelas hingga diperoleh sampel sebanyak 30 orang. Ke 30 orang inilah yang akan menjadi respoden mewakili siswa di SMP Negeri 1 Bisappu. Adapun pengambilan sampel tersebut berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Suharsini Arikunto :

“Apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, jumlah subyeknua besar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih”.15

Untuk selengkapnya teknik pengambilan sampel dari tiga kelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2

Tabulasi Jumlah Siswa dan Sampel Tiap Kelas

No

Kelas

Jumlah Siswa

Sampel (20%)

1

2

3

4

5

6

1A

1B

1C

2A

2B

3C

25

25

25

25

24

22

5

5

5

5

5

5

Jumlah

146

30

2. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsini Arikunto instrumen penelitian adalah alat yang digunakan pada waktu melaksanakan penelitian16

Instrumen tersebut akan menjangkau semua variabel penelitian dan berupaya untuk melacak sumber daya yang akurat agar tujuan pelaksanaan penelitian akan terwujud, maka instrumen penelitian yang harus difungsikan semaksimal mungkin untuk memperoleh jenis data dan tingkat kepercayaan data.

Adapun yang menjadi pedoman instrumen penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini yakni :

  1. Pedoman observasi untuk mengukur tingkah laku siswa pada waktu belajar dan tingkah laku guru pada waktu mengajar
  2. Angket/koesioner, bertujuan mencari informasi yang lengkap mengenai masalah dari responden, yang berkaitan dengan masalah dalam skripsi ini
  3. Dokumentasi, yakni tentang data responden yang akan dicatat di SLTP Negeri I Bisappu
  4. Pedoman wawancara, yakni dipergunakan untuk mengetahui informasi dari responden, dalam penelitian ini pedoman wawancara dilakukan pada guru.

3. Prosedur pengumpulan data

a. Tahap Persiapan

Bermula adanya surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh Kantor Sosial Politik Kabupaten Bantaeng, yang memberikan kebebasan untuk mengadakan penelitian sesuai apa yang diharapkan, sekaligus izin ini adalah alat untuk memperlancar atau menjaga kemungkinan terjadinya kendala yang ditemukandalam merealisasikan penelitian. contoh proposal skripsi pendidikan

b. Tahap Pengumpulan Data

Prosedur selanjutnya adalah melaksanakan penelitian dengan menggunakan metode yang menjadi sumber data agar penelitian berjalan dengan lancar dan sukses.

Metode yang dimaksud adalah Field reseach (riset lapangan), yakni turun langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data-data yang konkrit yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas. Dalam mengumpulkan data melalui metode ini digunakan cara obserfasi, interview, angket dan dokumentasi.

4. Teknik Analisis Data

Hasil pengolahan data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan dua pendekatan yaitu :

  1. Analisis kualitatif yaitu analisis data yang dijabarkan melalui pengamatan yang tidak berupa angka-angka. maksudnya adalah dilakukan dengan cara menguraikan dalam bentuk kalimat kemudian direlevansikan dengan rujukan teori yang mendukung.
  2. Analisis kuantitaif yaitu analisis terhadap data yang berupa angka-angka dengan cara menggunakan statistik yang relevan dalam bentuk persentase. Maka rumus yang digunakan adalah :

P = F/N x 100%

Keterangan :

P = Persentase (%)

F = Frekuensi atau kategori jabatan

N = Number (Jumlah Frekuensi/individu)17.

Dengan demikian, metode analisis data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif, yaitu sumber dari hasil angket, interview, observasi dan dokumentasi, guna memperoleh sesuatu kesimpulan yang betul-betul akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

G. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui sejauh mana problematika yang dihadapi oleh siswa.

b. Untuk mengetahui apakah problematika mempengaruhi prestasi belajar.

c. Untuk mengetahui bagaimana cara untuk mengatasi problematika.

2. Kegunaan penelitian ini adalah :

a. Menambah wawasan dan memperdalam khasanah pengetahuan penulis terutama sekitar pengetahuan tentang analisis psikologi problematika proses belajar megajar.

b. Dengan adanya tulisan ini mungkin bisa memberikan kontribusi pemikiran baru untuk dijadikan sebagai bahan masukan bagi guru, para siswa serta seluruh komponen.

c. Menjadi bahan bacaan pertimbangan serta bahan rujukan terhadap penelian serupa di tempat lain dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam dimasa yang akan datang.

KOMPOSISI BAB

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar belakang
  2. Rumusan masalah
  3. Pengertian judul
  4. Tujuan dan kegunaan penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  1. Pengertian proses belajar mengajar dan problematikanya
  2. Macam-macam problematika belajar mengajar

BAB III METODE PENELITIAN

  1. Populasi dan sampel
  2. Instrumen penelitian
  3. Prosedur pengumpulan data
  4. Teknik analisis data

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

  1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Bisappu Kabupaten Bantaeng
  2. Keadaan Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 1 Bisappu
  3. Problematika proses belajar mengajar pada mata pelajaran agama Islam di SLTP Negeri 1 Bisappu.
  4. Upaya mengatasi problematika belajar mengajar di SMP Negeri 1 Bisappu.

BAB V PENUTUP

  1. Kesimpulan
  2. Implikasi Penelitian

Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, 1990. Pengelolaan Pengajaran. Cet. II. Ujung Pandang : Bintang Selatan.

Ahmadi Abu, 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Kamis, 24 November 2011

Ini Ceritaku,,,

Riani yang mempunyai sejuta kabut kehidupan yg penuh dengan liku-liku dan kebahagiaan,,,,
mengalami berbagai macam kegagalan dari kisah kehidupan seorang oleh Riani,,,,
Cinta salah satunya????
mengapa dengan cinta Riani???
Riani dengan memiliki nama asli Dessi Anggriani anak PGSD 2009 ini,,,,
mengalami bnyak masalah yg tiada ia pikirkan sebelumnya,,,,
Dia berharap bisa melewati kehidupan ini sellau dengan bahagia,,,ternyata kehidupan ini lain kenyataannya,,,,hidup dinegri orang yg jauh dari keluarga,,merupakan langkah awal riani untuk menggapai masa depan yg di impikan Riani,,,
Tentang cinta boleh sja sellau berhenti ditengah jalan,,,tpi dengna masalah cita dan keinginan tetap berjalan dengna mulus dan bisa melewati setiap tantangan dan halangannnya,,,,
tapi kini ku bertekad untuk saat ini menjalani kehidupan dengan menikmati indahnya kesendiriian,,,,
tanpa ada beban orang lain,,tanpa ada orang yg memperhatiin,,tanpa ada orang yg speciall di hati,,dan tanpa ada orang yg bilang kata sayang lagi,,,,
Riani dan Riani nama sendiri yg sellau aku panggil,,,,

Rabu, 23 November 2011

tipe-tipe guru

TIPE-TIPE GURU

Guru adalah instrumen utama sekolah. Kualitas pembelajaran serta profesional tidaknya layanan pendidikan ditentukan oleh kualitas guru.

Perlu disadari bahwa tidak semua guru memiliki kualitas sebagai guru. Faktanya, ada orang yang menjadi guru karena memang memiliki mentalitas guru, tapi ada juga yang hanya karena “nasib” saja yang membuatnya menjadi guru. Kualitas guru dapat ditelusuri berdasarkan:

1. Kompetensinya, yakni keahliannya mengelola pembelajaran, mulai dari perencanaan hingga evaluasi.

2. Orientasinya pada

kepuasan kerja, yakni kemauan dan rasa tanggung jawab untuk membuat siswa berhasil.

Secara sederhana, tipe guru dapat dipetakan ke dalam bagan berikut.

1. Tipe Profesional

Ini adalah tipe guru terbaik yang diharapkan ada pada tiap sekolah. Guru ideal dituntut memiliki keahlian (kompetensi) mengajar tinggi, mulai dari perencanaan hingga evaluasi.

Guru tersebut juga memiliki sikap mental dan moralitas yang penuh tanggung jawab. Dia memiliki hasrat kuat dan rasa tanggung jawab tinggi untuk membuat anak didik berhasil. Di antara ciri-ciri guru tipe ini adalah:

a. Biasa mempersiapkan disain, berbagai instrumen dan bahan pembelajaran tanpa diminta, karena menganggapnya sebagai kebutuhan.

b. Aktif mencari dan mengembang-kan bahan-bahan pembelajaran sendiri.

c. Aktif mencari cara agar seluruh anak didiknya berhasil.

d. Sering menjadikan masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan.

e. Aktif mengevaluasi kinerjanya sendiri agar kualitas pembela-jarannya meningkat.

f. Berusaha menjadi contoh dan pembimbing terbaik bagi siswa.

g. Keberhasilan mengajar tinggi.

1) Dia malu/tidak puas bila anak didiknya belum berhasil.

2) Dia terus berusaha mencari cara agar siswanya berhasil mencapai kompetensi.

h. Lebih suka berkumpul dengan siswa dibanding guru sehingga:

1) Mempunyai kedekatan dan pengaruh kuat pada siswa.

2) Sering menjadi idola siswa.

2. Tipe Potensial/Pembelajar

Ini tipe guru minimal yang diharapkan setiap sekolah. Mereka guru baru atau lama yang memiliki kemauan dan tanggung jawab tinggi untuk membuat siswanya berhasil, meski kompetensinya belum optimal. Guru tipe ini dicirikan dengan:

a. Menyadari fungsi perencanaan, instrumen dan bahan ajar, tetapi masih kesulitan menyusun dan mengembangkannya.

b. Belum benar-benar percaya diri, tetapi tak segan bertanya/belajar pada sejawat atau atasan bila ada masalah yang belum dia kuasai.

c. Tidak segan bertanya/belajar agar seluruh anak didiknya berhasil.

d. Banyak membahas masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan.

e. Suka mengevaluasi kinerja sendiri, dan terbuka pada kritik, saran dan masukan orang lain.

f. Berusaha menjadi contoh dan pembimbing terbaik bagi siswa.

g. Keberhasilan mengajar tinggi.

1) Dia malu atau takut bila anak didiknya belum berhasil.

2) Dia terus berusaha dan tidak berhenti mencari cara agar siswanya berhasil mencapai kompetensi.

Meski demikian, kadang dia masih gugup bila menghadapi komplain oleh wali murid.

h. Selama jam sekolah lebih suka berkumpul dengan siswa dibanding guru sehingga:

1) Mempunyai kedekatan dan pengaruh kuat pada siswa.

2) Potensial jadi idola siswa.

3. Tipe Sinis

Ini adalah tipe guru yang buruk, tetapi banyak dijumpai di sekolah. Tipe ini memiliki cukup kepercayaan diri karena cukup lama mengajar.

Meski begitu, kualitas pembelajaran-nya tidak cukup baik, karena tipe ini kurang fokus pada keberhasilan siswa. Dia kurang memiliki rasa tanggung jawab, hingga kurang peduli apakah siswanya berhasil atau tidak. Di antara karakteristik guru tipe ini:

a. Meski mampu, dia enggan mempersiapkan instrumen dan bahan pembelajaran, karena menganggap itu sebagai beban.

b. Kompetensinya tidak berkem-bang, karena enggan mencari dan mengembangkan diri.

c. Enggan berusaha agar siswa berhasil, tidak berorientasi pada kepuasan kerja, dan perhitungan.

1) Biasa bilang Dibayar berapa? atau Ada tambahan berapa?

2) Menyikapi tugas sebagai beban kwajiban dan suka menghindari tugas sekolah.

3) Suka beralasan repot bila imbalan tidak memadai.

4) Kaya alasan untuk membe-narkan diri sendiri.

d. Jarang membicarakan masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan.

1) Fokus perhatiannya bukan pada kualitas kerja.

2) Akrab dengan pembicaraan negatif, kasak-kusuk dan tidak jarang yang berbau sinisme dan permusuhan.

e. Tidak peduli pada kinerja sendiri.

1) Malas bekerja bila tidak ada atasan atau tidak dimandori.

2) Hanya aktif bila ada maunya, seperti kalau ada promosi atau takut kena sanksi.

f. Tidak peduli apakah sikap dan perilakunya layak menjadi contoh bagi siswa atau tidak.

g. Keberhasilan mengajar rendah.

1) Keberhasilan siswa/kepuasan wali murid bukan tujuan.

2) Tidak malu dan tidak peduli meski ada anak didiknya yang belum berhasil.

3) Hanya bekerja keras bila ada imbalan materi yang sepadan.

4) Tidak disiplin, tidak sungguh-sungguh dan lebih suka santai dalam mengajar.

h. Lebih suka berkumpul dengan guru dibanding siswa, sehingga:

1) Kalau bukan guru galak pasti nyantai dan cuek pada siswa.

2) Berusaha dekat dengan siswa bila perlu pengakuan.

3) Karakter anak didik tidak konstruktif.

4) Biang gosip di sekolah.

4. Tipe Drop-Out

Ini adalah tipe guru terburuk, tetapi kadang ada juga sekolah bernasib apes karena punya guru semacam ini. Guru tipe ini tidak punya kemampuan pembelajaran memadai. Dia juga tidak peduli apakah hasil pembelaja-rannya baik atau tidak.

Lebih tragis lagi, dia juga sulit belajar (dhêdêl), sehingga sulit dikembangkan kemampuannya. Singkatnya, tipe ini adalah guru bodoh dan bermental buruk, yang di antara ciri-cirinya:

a. Mengeluh bila diminta menyusun disain dan instrumen pembela-jaran, karena dia tidak menyadari itu sebagai kebutuhan guru.

b. Kompetensi tidak berkembang:

1) Keahlian keguruan rendah.

2) Sulit memahami dan mudah bingung bila dihadapkan pada konsep baru.

c. Tidak berusaha keras agar siswa berhasil. Selain tidak berorientasi pada kepuasan kerja, dia tidak menyadari kekurangan.

d. Jarang membicarakan pembela-jaran dan siswa sebagai topik pembicaraan, karena:

1) Visi pendidikannya lemah.

2) Tidak berpendirian, mudah terpengaruh orang lain.

3) Emosional dan kemampuan berfikir rasionalnya rendah.

4) Kadang mudah tersinggung.

e. Tidak peduli pada kinerja sendiri.

1) Kurang mampu mengajar.

2) Tidak disiplin.

3) Kadang perhitungan, tanpa menyadari bahwa itu artinya dia minta agar orang lain menghargai kebodohannya.

f. Tidak tahu sikap dan perilakunya layak jadi contoh siswa atau tidak.

g. Hasil pembelajaran rendah, tetapi bersikap santai seolah tidak ada masalah, karena:

1) Keberhasilan siswa dan kepu-asan wali murid bukan tujuan.

2) Tidak malu dan tidak peduli meski ada anak didiknya yang belum berhasil.

3) Hanya bekerja keras bila ada imbalan materi yang sepadan.

h. Suka berkumpul baik dengan guru maupun siswa pada jam sekolah.

1) Lebih mudah akrab dengan guru sinis dari pada guru potensial atau profesional.

2) Mudah terpengaruh dan menjadi pengukut setia guru tipe sinis.

3) Perilaku anak didik tidak konstruktif, karena tidak punya pretensi mendidik.

10 tipe guru

Dari pengamatan saya selama belajar di dalam kelas ada 10 macam tipe guru diantaranya.

1. Tipe Pengasih Lagi Maha Penyayang

Guru ini selalu memberikan kisi-kisi sebelum berlangsungnya UTS dan US. Kisi-kisinya bukan sembarang kisi-kisi. Kisi-kisi ini hampir 100% akurat persis dengan soal ujian. Sudah pasti yang mempelajari kisi-kisi, ujiannya akan dapat 100.

2. Tipe The Hulk

Nah ini Guru pas menit-menit pertama masuk ngajarnya enak….santai… Tapi setelah 15 menit kemudian dia berubah menjadi MONSTER. Perangainya berubah. Mendadak emosian, marah-marah ke para siswa. Apalagi pas dia lagi asik-asik ngajar ada siswa yang terlambat, maka tamatlah nasib siswa tersebut.

3. Tipe Penjaga Karcis

Sebelum peembelajaran dimulai guru ini terlebih dahulu mengecek tugas siswa minggu kemarin apakah sudah dikerjakan atau belum. Kalau belum mengerjakan tugas siswa tidak boleh masuk. Tugasnyapun aneh-aneh ada yang disuruh merangkum buku yang tebalnya 200 halaman sampai menganalisis kasus yang susahnya minta ampun.

4. Tipe Pendongeng

Sesuai dengan namanya, guru ini di setiap sela-sela pengajarannya selalu mendongengkan para siswa dengan cerita-cerita tentang kehidupannya dan men-sharing segala sesuatu tentang pengalamannya. Kesulitan ekonomi sampai masalah cinta monyet masa kecilpun dia ceritakan. Ketika dia mendongeng, para siswa pada tepar semua.

5. Tipe Motivator

Guru ini selalu mengajarkan kebaikan kepada mahasiswanya untuk tetap bersemangat setiap harinya terutama pada saat pembelajaran. Apabila ada siswa yang cemberut atau kurang bersemangat maka dia dengan segera menceriakan para siswanya. Dia tidak akan mulai mengajar kalau semua siswanya belum merasa “HEPI”. Kadang jam belajar tersebut lebih terasa sebagai ajang curhat.

6. Tipe Pejuang

Guru ini mengemban tugas yang sangat berat. Guru ini dengan mati-matian memperjuangkan para siswanya. Hal apapun akan dia lakukan untuk mendongkrak prestasi siswanya. Walaupun otak siswanya tinggal setetes dia tetap semangat mengajarinya walaupun dilanda kesusahan yang sangat. Inilah guru yang sangat mulia.

7. Tipe Bos Besar

Guru dengan tipe ini cenderung ingin enaknya aja . Masuk ke kelas ngajar sekitar 30 menitan setelah itu memberi soal atau tugas kepada siswanya. Selagi siswanya mengerjakan tugas tersebut dia malah keluar ntah mau kemana dan gak tau mau ngapain. Yang jelas dia kabur dari kelas. Sekitar 15 menit sebelum jam perkuliahan selesai tiba-tiba mukanya nongol lagi.

8. Tipe Tukul

Guru ini setiap masuk kelas pasti ngecengin siswa. Pokoknya ada saja yang bisa dia jadikan lelucon. Kalau kehabisan bahan lelucon, dia malah ngecengin mukanya sendiri. Banyak siswa yang muntah darah gara-gara kebanyakan dengar omongan lucu dari si guru. Belajar bersama guru ini ibarat nonton acara Tawa Sutra.

9. Tipe Pembunuh Berdarah Dingin

Biasanya guru ini berwajah seperti debt kolektor. Kuliah bersama guru dengan tipe ini membuat hari-hari kita serasa lebih panjang. Satu detik rasanya seperti satu menit. Dan satu menit rasanya seperti satu jam. Siswa yang di ajar dengan guru bertipe ini kebanyakan dari mereka pada mati rasa. Matinya diakibatkan terkena serangan jantung.

10. Tipe Black In News

Ini adalah guru teladan. Guru ini selalu mengajarkan mata pelajaran kepada siswanya dengan ramah. Dia menyajikan berbagai informasi yang sangat bermanfaat. Yang diajarkannya tidak hanya sekedar teori akan tetapi guru ini juga mengajarkan bagaimana aplikasinya di dalam kehidupan nyata. Setiap pertanyaan yang dilontarkan siswa kepadanya pasti akan dia jawab dengan penjelasan yang sedetail-detailnya. Orangnya sangat ramah, peduli akan sesama dan lingkungan. Pokoknya nih guru Black Community banget deh…

Senin, 21 November 2011

Proposal PTK

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Judul

Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Dikelas Rendah Melalui Metode Pembelajaran Terpadu Pada Siswa Kelas II SDN Ciporeang Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi Tahun Ajaran 2011/2012.

B. Bidang Kajian

Meningkatkan Motivasi dan prestasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran terpadu (Tematik).

C. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan.

Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakn dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun.

Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.

Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.

Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau metode pembelajran yaitu dengan menggunakan metode pembelajarn terpadu.

Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai saat ini masih jauh dari apa yang kita harapkan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas riil di lapangan (SDN Ciporeang) kegiatan belajar mengajar di sekolah pada umumnya cenderung monoton dan tidak menarik, sehingga beberapa pelajaran ditakuti dan selalu dianggap sulit oleh siswa. Hal ini ditunjukkan karena tidak diterapkannya metode pembelajaran terpadu yang dapat membantu siswa dalam proses belajar mengajar. Selain itu, motivasi anak dalam belajar menjadi rendah dikarenakan model pembelajaran pembelajaran yang tidak menarik (ceramah).

Hal ini menunjukkan perlunya pembaharuan pendidikan dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar anak juga untuk memudahkan guru dalam menyampaikan pembelajaran terhadap anak didik. Dalam dunia pendidikan sekarang sudah sebagaian sekolah dibebrapa daerah kota sudah diterapkannya model pembelajran yaitu pembelajaran yang mengguanakan Tematik yaitu gabungan beberapa mata pelajaran menjadi satu yang biasa disebut pembelajaran terpadu.

Metode pembelajaran tematik disini peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.

Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.

Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah, muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.

Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit taman kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun yang masuk taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % peserta didik berada pada pendidikan prasekolah lain.

Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk taman kanak-kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan taman kanak-kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas awal sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.

Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran tematik yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret, disiapkan model pelaksanaan pembelajaran tematik untuk SD/MI kelas I hingga kelas III.

D. Perumusan Dan Pemecahan Masalah

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut diatas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah:

Bagaimanakah upaya peningkatan motivasi dan prestasi hasil belajar siswa dengan diterapkannya Metode Pembelajaran Terpadu Pada Siswa Kelas rendah khususnya kelas II SDN Ciporeang Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi Tahun Ajaran 2011/2012.

2. Pemecahan Masalah

Dalam menyajikan Pembelajaran Terpadu, sepenuhnya diserahkan kepada guru yang akan mengatur alokasi waktu per minggunya. Dalam arti indikator dari mata pelajaran apa saja yang akan disajikan terlebih dahulu tergantung kepada situasi dan kondisi siswa, guru yang bersangkutan. Misalnya pada hari pertama siswa masuk sekolah, mungkin guru masih dapat memadukan mata pelajaran Bahasa, Pendidikan Kewarganegaraan & Pengetahuan Sosial saja.

Kemudian pada hari keempat atau seterusnya barulah dapat menambah dengan memadukan mata pelajaran Kertakes, Matematika dan Penjas, dan seterusnya. Pada prinsipnya cara penyajian Pembelajaran Terpadu ini adalah menyajikan sejumlah mata pelajaran dalam setiap kali pertemuan (tatap muka sehari) tetapi tidak perlu dipaksakan untuk harus selalu meliputi 7 mata pelajaran secara lengkap dalam sehari, melainkan disesuaikan indikator mana yang dapat terpadu.

Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu : (1) berpusat pada siswa (student centered), (2) proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta (3) pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Dari beberapa ciri pembelajaran terpadu di atas, menunjukkan bahwa model pembelajaran terpadu adalah sejalan dengan beberapa aliran pendidikan modern yaitu termasuk dalam aliran pendidikan progresivisme.

Aliran pendidikan progresivisme memandang pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru dan pada bahan ajar. Tujuan utama sekolah adalah untuk meningkatkan kecerdasan praktis, serta untuk membuat anak lebih efektif dalam memecahkan berbagai problem yang disajikan dalam konteks pengalaman (experience) pada umumnya (William F. O'neill, 1981).

Tujuan pendidikan aliran progresivisme adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan seharusnya dapat mengembangkan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Kurikulum pendidikan progresif adalah kurikulum yang mengakomodasi pengalaman-pengalaman (atau kegiatan) belajar yang diminati oleh setiap siswa (experience curriculum). Sedangkan metode pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya (Mudyaharjo, 2001).

3. Hipotesis

Hipotensis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah :

“Melalui tehnik pengajaran terpadu (tematik) dapat meningkatkan motivasi dan prestasi hasil belajar siswa kelas rendah khusunya bagi siswa kelas II SDN Ciporeang Sukabumi”

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan peneliti yang diharapkan dari penelitian ini menjadi asumsi bagi guru dalam proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunaka metode pembelajaran terpadu.

2. Tujuan Khusus

Adapaun tujuan khusus dari penelitian ini :

a. Untuk mengetahui apakah melalui metode pembelajaran terpadu dapat meningkatkan motivasi dan prestasi hasil belajar siswa kelas rendah SDN Ciporeang Sukabumi.

b. Untuk memusatkan belajar siswa dalam setiap mata pelajaran yang digabungkan dalam Tematik yang mudah dapat diasumsi oleh pikiran sisiwa dikelas rendah.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. SDN Ciporeang Kecamatan Ciemas Kbupaten Sukabumi.

Dengan hasil penelitian ini diharapkan SDN Ciporeang Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi dapat lebih meningkatkan pemberdayaan pengajaran Terpadu (Tematik) agar hasil belajar siswa lebih baik dan mudah untuk diresapi oleh pikiran anak kelas rendah sehingga dalam belajar lebih menarik dan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi anak dalam belajar.

2. Guru

Sebagai salah satu metode pembelajaran terpadu yang dapat memudahkan guru dalam menyampaikan setiap mata pelajaran yang disampaikan secara terhubung dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran lain yang menjadi satu dalam Tematik.

3. Siswa

Di bawah ini diuraikan beberapa manfaat yang dapat dipetik dengan pelaksanaan pembelajaran terpadu, antara lain: dengan menggabungkan berbagai mata pelajaran akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.


Siswa dapat melihat hubungan hubungan yang bermakna sebab materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat daripada tujuan akhir itu sendiri.

Pembelajaran terpadu dapat meningkatkan taraf kecakapan berpikir siswa. Hal ini dapat terjadi karena siswa dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih besar, lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
Kemungkinan pembelajaran yang terpotong- potong sedikit sekali terjadi, sebab siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu. Pembelajran terpadu memebrikan penerapan- penerapan dunia nyata sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer pembelajaran (transfer of learning).

Dengan pemaduan pembelajran antarmata pelajaran diharapkan penguasaan materi pembelajran akan semakin baik dan meningkat.

Pengalaman belajar antar mata pelajaran sangat positif untuk membentuk pendekatan menyeluruh pembelajaran terhadap pengembangan ilmu pengetahuan siswa karena lebih aktif dan otonom dalam pemikirannya.
Motivasi belajar dapat diperbaiki dan ditingkatkan dalam pembelajaran antar mata pelajaran. Para siswa akan terlibat dalam “konfrontasi yang melibatkan banyak pemikiran” dengan pokok bahasan yang dihadapi.

Pembelajaran terpadu membentuk dan menciptakan struktur kognitif atau pengetahuan awal siswa yang dapat menjembatani pemahaman yang terkait, pemahaman yang terorganisasi dan pemahaman yang lebih baik.

G. Kajian Pustaka

1. Landasan Teori

a. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Kata motif dalam bahasa Inggris adalah “Motive” yang artinya, alasan, bergerak, membuat alasan menggerakkan, dorongan, kemauan (Shadili, 1976: 386). Secara istilah, motif (motive) adalah faktor efektif conatif (hasrat dan kemauan) yang digunakan dalam menentukan arah tingkah laku individu terhadap akhir atau tujuan dengan sadar dilihat atau tidak sadar.

Dalam kamus umum bahasa indonesia susunan Surayin (2001: 354) Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melalkukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergarak melakukan sesuatu karena ingin mencapai suatu tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya tersebut.

Menurut Purwanto (1990:73) motivasi merupakan usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak (beraktifatas) sehingga dapat mencapai hasil atau tujuan tertentu.

2. Macam – Macam motivasi

a. Motivasi Intrinsik (Intrinsic motivation)

Yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri anak didik sendiri itu sendiri. Pada motivasi intrinsik anak belajar karena belajar itu sendiri bermanfaat bagi dirinya.

b. Motivasi Ektrinsik (Extrinsic motivation)

Motivasi ekstrinsik timbul dan ditimbulkan karena pengaruh/dorongan luar. Pada motivasi ekstrinsik anak belajar bukan karena untuk belajar itu sendiri, akan tetapi karena merupakan sesuatu dibalik kegiatan belajar itu.

3. Motivasi Dalam Belajar

Kegiatan belajar akan tercipta apabila minat atau motif belajar yang ada di dalam diri peserta didik itu akan memperkuat motif kea rah tingkah laku (belajar). Minat ini dapat ditumbuhkan dengan cara:

a. Membangkitkan suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk menghargai suatu keindahan, untuk dapat menghargai, dan sebagainya,

b. Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau,

c. Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang baik, knowing success like success atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu, sebab sukses akan menimbulkan rasa puas.

b. Pembelajaran Terpadu

1. Konsep Pembelajaran terpadu

Pengetian pembelajaran terpadu Hadi Subroto dan Herawati (2000) adalah “Pembelajaran yang diwakili dari suatu pokok bahasan atau tema tertentu dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep lain yang dilakukan secara spontan atau direncanakan dalam suatu bidang studi atau lebih dan beragam pengalaman belajar agar anak lebih bermakna”. Kebermaknaan belajar tidak sebatas memperoleh informasi tapi belajar untuk memahami. Memahami menyangkut proses keterkaitan atau koneksi, menggunakan pengetahuan secara lincah dan fleksibel sehingga terbentuk suatu wawasan yang bermakna.

Banyak model pembelajaran terpadu yang dikembangkan, salah satunya ialah model keterpaduan (integrated). Model ini merupakan PT yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Berdasarkan kesamaan yang ditemukan disusun pembelajarannya dengan keterpaduan tema yang berkaitan. Penyusunan Rancangan PT model integrated dalam penelitian ini bertolak dari tema yang digunakan sebagai inti (centre core) dari bidang studi dan dari komplesitasnya.

Adapun model-model pembelajaran terpadu sebagaimana yang dikemukakan oleh Fogarty, R (1991 : 61– 65) yaitu sebanyak sepuluh model pembelajaran terpadu. Kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut adalah :

1. The fragmented model ( Model Fragmen )

2. The connected model ( Model Terhubung )

3. The nested model ( Model Tersarang )

4. The sequenced model ( Model Terurut )

5. The shared model ( Model Terbagi )

6. The webbed model ( Model Jaring Laba-Laba )

7. The threaded model ( Model Pasang Benang )

8. The integrated model ( Model Integrasi )

9. The immersed model ( Model Terbenam ), dan

10. The networked model ( Model Jaringan )

Dari kesepuluh model pembelajaran terpadu di atas dipilih tiga model pembelajaran yang dipandang layak dan sesuai untuk dapat dikembangkan dan mudah dilaksanakan di pendidikan dasar (Prabowo, 2000:7). Ketiga model pembelajaran terpadu yang dimaksud adalah model terhubung (connected), model jaring laba-laba (webbed), model keterpaduan (integrated ).

Berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing model pembelajaran tersebut, maka model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model terhubung (the connected model), karena model terhubung ini penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter bidang studi itu sendiri. Selain itu, Model terhubung ini juga secara nyata menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, serta ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan semester berikutnya. Pemanfaatan penerapan model terhubung (connected) ini sangat relevan dengan konsep Cahaya (dalam fisika) dan konsep Sistem Indera pada manusia (dalam biologi), agar dapat terwujud pemampatan/ pengurangan waktu dalam pembelajaran pada konsep-konsep tersebut (Reduce Instructional Time). Hal ini terkait dengan upaya menghindari terjadinya penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran, sebagai akibat dari mengejar target kurikulum.

Beberapa kelebihan dari model terhubung (connected) adalah sebagai berikut : (1) dampak positif dari mengaitkan ide-ide dalam satu bidang studi adalah siswa memperoleh gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu. (2) siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadilah proses internalisasi. (3) menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi sangat memungkinkan bagi siswa untuk mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide secara terus menerus sehingga memudahkan untuk terjadinya proses transfer ide-ide dalam memecahkan masalah.

Di samping mempunyai kelebihan, model terhubung ini juga mempunyai kekurangan sebagai berikut : (1) masih kelihatan terpisahnya antar bidang studi, (2) tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi dari pelajaran tetap saja terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar bidang studi, dan (3) dalam memadukan ide-ide dalam satu bidang studi, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.

Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran terpadu tipe connected (terhubung) menurut Prabowo (2000:11 – 14) sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan :

· Menentukan tujuan pembelajaran umum

· Menentukan tujuan pembelajaran khusus

2. Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru :

· Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa.
(materi prasyarat)

· Menyampaikan konsep-konsep yang hendak dikuasai oleh siswa

· Menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan

· Menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan / dibutuhkan

· Menyampaikan pertanyaan kunci

3. Tahap Pelaksanaan, meliputi :

· Pengelolaan kelas; dengan membagi kelas kedalam beberapa kelompok

· Kegiatan proses

· Kegiatan pencatatan data

· Diskusi secara klasikal

4. Evaluasi, meliputi :

a. Evaluasi proses , berupa :

· Ketepatan hasil pengamatan

· Ketepatan dalam penyusunan alat dan bahan

· Ketepatan siswa saat menganalisis data

b. Evaluasi produk :

· Penguasaan siswa terhadap konsep-konsep / materi sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.

c. Evaluasi psikomotor :

· Kemampuan penguasaan siswa terhadap penggunaan alat ukur.

H. Rencana

1. Subjek Penelitian

Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas II SDN Ciporeang Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi jumlah siswa 32 orang.

Pertimbangan penulis mengambil subyek penilitiann tersebut dimana siswa kelas II masih terdapat banyak siswa yang merasa kesulitan dalam mengasumsi berbagai mata pelajaran.

2. Tempat Penelitian

Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SDN SDN Ciporeang Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data.

3. Waktu Penelitian

Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian pada tanggal 3 November 2011.

I. Personalia Peneliti

Penelitian ini melibatkan Tim peneliti, identitas dari Tim tersebut adalah :

Nama : Dessi Anggriani

NPM : 095060014

Pekerjaan : Mahasiswa Universitas Pasundan Bandung

Tugas dalam penelitian : Pengumpulan dan Analisis Data

J. Lampiran

1. Jaring-Jaring Tema

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi anak.

Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang beorientasi pada praktek pembelajaran terpadu secara efektif dan membantu menciptakan kesempatan kepada siswa untuk memahami masalah yang kompleks yang ada di lingkungan sekitar dengan pandangan yang utuh dengan pembelajaran terpadu siswa diharapkan memiliki kemampuan dan mengidentifikasi, mengumpulkan menilai dan mengumpulkan informasi yang ada disekitar secara bermakna.

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksaan pembelajaran terpadu di sekolah dasar, terutama pada saat penggalian tema- tema perlu diperhatikan prinsip- prinsip sebagai berikut: tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan mata pelajaran.

Tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya. Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Tema yang dikembangkan harus mampu menunjukkan sebagian besar minat siswa.

Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa- peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar. Tema yang dipilih hendaknya memepertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran terpadu perlu diperhatikan prinsip- prinsip sebagai berikut: guru hendaknya tidak bersikap otoriter atau menjadi single actor yang mendominasi aktivitas dalam proses pembelajaran.

Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok.

Guru perlu bersikap akomodatif terhadap ide- ide yang terkadang sama sekali tidak terfikirkan dalam perencanaan pembelajaran.
Dalam proses penilaian pembelajarab terpadu, perlu diperhatikan prinsip- prinsip sebagai berikut: memberikan kesmptana kepada siswa untuk melakukan penilaian diri ( self- evaluation) di samping bentuk penilaian lainnya. Guru perlu mengajak para siswa untuk menilai perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi yang telah disepakati.